CB Magazine »
Fikrah Islam
»
Bencana Itu Bermula dari Kikir
Bencana Itu Bermula dari Kikir
Posted by CB Magazine on Sabtu, 23 November 2013 |
Fikrah Islam
Ada penyakit pada diri kaum Muslimin, yang u tidak hanya
menghancurkan dirinya sendiri, tetapi dapat menghancurkan umat Islam
secara keseluruhan. Ialah penyakit kikir. Sampai-sampai Allah SWT
mengancam, siapa yang menentang dan tidak mau berinfak di jalan-Nya, Ia
akan menggantinya dengan kaum lain yang tidak berperilaku seperti itu
(kikir). Allah SWT berfirman:
Mulainya dari kikir. Kemudian, pasangan kikir itu adalah mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Kemudian maju sedikit, menjadi suka mencaci dan mencela. Maka Allah menyatukan dalam satu surat:
Humazah : mencaci ketika orangnya tidak ada, atau mencaci tidak dengan lisan. Misal dengan poster, karikatur dan sebagainya. Lumazah : mencaci ketika orangnya ada. Mencaci dengan lisan.
Selanjutnya, kikir akan menyebabkan penyakit kronis tingkat lanjutan.
Allah berfirman dalam surat Al-Qalam :
Mari kita cermati proses urutannya. Bermula dari kikir, kemudian suka mengumpulkan dan menghitung-hitung harta. Lalu suka mencaci dan mencela, hingga akhirnya ia suka bersumpah sehingga menjadi hina. Ia suka bersumpah untuk menghindari kewajiban berinfak. Ketika datang seseorang yang ia duga akan meminta infak atau sumbangan fi sabilillah, buru-buru ia mengeluarkan sejuta alasan untuk mengelak. “Sungguh, saya masih punya tanggungan kredit rumah… kredit kendaraan… polis asuransi…” dan sebagainya.
Mengatakan tidak mempunyai uang, tapi di dompetnya bertumpuk kartu kredit. Di depan orang yang hendak menarik infak, ia selalu mengesankan diri sebagai orang yang lemah, banyak utang dan tanggungan… sehingga ia betul-betul seperti orang yang hina. Apa yang membuatnya suka bersumpah yang akhirnya terjerumus kepada kehinaan? Sebabnya satu: kikir!
Tidak hanya berhenti di situ. Ayat selanjutnya menerangkan proses kerusakan pada diri seseorang yang kikir. Yaitu:
Mengapa itu semua bisa terjadi? Jawabnya:
Ketika orang sudah berlaku kikir, setan datang kepadanya berbisik. “Kamu jangan keluarkan uangmu untuk fi sabilillah.. bukannya kemarin sudah dimintai sumbangan yatim piatu, santunan fakir…. Belum lagi besok harus mengeluarkan zakat maal, zakat fitrah…” dan sebagainya. “Kamu nanti bisa fakir.” Tidak hanya berhenti di situ. Setan lalu menyuruhnya berbuat kekejian. “Supaya kami tidak fakir, maka lakukanlah korupsi… kamu kikirlah!” Na’udzu billah min dzalik. Semoga Allah menjaga kita dari sifat kikir.
Menelaah ayat-ayat di atas, sudah seharusnya kita merasa malu. Seolah Allah SWT meletakkan cermin di hadapan kita. Bahwa, demikianlah sifat kebanyakan manusia ketika diperintah untuk menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah. Rata-rata mereka enggan, dan bersikap bakhil. Padahal Allah sudah menegaskan dalam akhir surat Muhammad, “Wallahu ghaniyyun wa antumul fuqara’.”
Kita lahir di dunia tidak bawa apa-apa. Lalu oleh Allah kita diberi hidup dan dikaruniai rezeki, sehingga kita punya mobil, rumah, motor, anak dan istri. Kemudian Allah memberitahu kepada kita bahwa Dia mempunyai surga. Surga milik Allah, harta dan rezeki pemberian dari Allah. Kita diminta membeli surga Allah dengan harta pemberian Allah. Tetapi kita seringnya merasa, “Itu harta saya!”Ada penyakit pada diri kaum Muslimin, yang u tidak hanya menghancurkan dirinya sendiri, tetapi dapat menghancurkan umat Islam secara keseluruhan. Ialah penyakit kikir. Sampai-sampai Allah SWT mengancam, siapa yang menentang dan tidak mau berinfak di jalan-Nya, Ia akan menggantinya dengan kaum lain yang tidak berperilaku seperti itu (kikir). Allah SWT berfirman:
Mulainya dari kikir. Kemudian, pasangan kikir itu adalah mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Kemudian maju sedikit, menjadi suka mencaci dan mencela. Maka Allah menyatukan dalam satu surat:
Humazah : mencaci ketika orangnya tidak ada, atau mencaci tidak dengan lisan. Misal dengan poster, karikatur dan sebagainya. Lumazah : mencaci ketika orangnya ada. Mencaci dengan lisan.
Selanjutnya, kikir akan menyebabkan penyakit kronis tingkat lanjutan.
Allah berfirman dalam surat Al-Qalam :
Mari kita cermati proses urutannya. Bermula dari kikir, kemudian suka mengumpulkan dan menghitung-hitung harta. Lalu suka mencaci dan mencela, hingga akhirnya ia suka bersumpah sehingga menjadi hina. Ia suka bersumpah untuk menghindari kewajiban berinfak. Ketika datang seseorang yang ia duga akan meminta infak atau sumbangan fi sabilillah, buru-buru ia mengeluarkan sejuta alasan untuk mengelak. “Sungguh, saya masih punya tanggungan kredit rumah… kredit kendaraan… polis asuransi…” dan sebagainya.
Mengatakan tidak mempunyai uang, tapi di dompetnya bertumpuk kartu kredit. Di depan orang yang hendak menarik infak, ia selalu mengesankan diri sebagai orang yang lemah, banyak utang dan tanggungan… sehingga ia betul-betul seperti orang yang hina. Apa yang membuatnya suka bersumpah yang akhirnya terjerumus kepada kehinaan? Sebabnya satu: kikir!
Tidak hanya berhenti di situ. Ayat selanjutnya menerangkan proses kerusakan pada diri seseorang yang kikir. Yaitu:
Mengapa itu semua bisa terjadi? Jawabnya:
Ketika orang sudah berlaku kikir, setan datang kepadanya berbisik. “Kamu jangan keluarkan uangmu untuk fi sabilillah.. bukannya kemarin sudah dimintai sumbangan yatim piatu, santunan fakir…. Belum lagi besok harus mengeluarkan zakat maal, zakat fitrah…” dan sebagainya. “Kamu nanti bisa fakir.” Tidak hanya berhenti di situ. Setan lalu menyuruhnya berbuat kekejian. “Supaya kami tidak fakir, maka lakukanlah korupsi… kamu kikirlah!” Na’udzu billah min dzalik. Semoga Allah menjaga kita dari sifat kikir.
Menelaah ayat-ayat di atas, sudah seharusnya kita merasa malu. Seolah Allah SWT meletakkan cermin di hadapan kita. Bahwa, demikianlah sifat kebanyakan manusia ketika diperintah untuk menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah. Rata-rata mereka enggan, dan bersikap bakhil. Padahal Allah sudah menegaskan dalam akhir surat Muhammad, “Wallahu ghaniyyun wa antumul fuqara’.”
Kita lahir di dunia tidak bawa apa-apa. Lalu oleh Allah kita diberi hidup dan dikaruniai rezeki, sehingga kita punya mobil, rumah, motor, anak dan istri. Kemudian Allah memberitahu kepada kita bahwa Dia mempunyai surga. Surga milik Allah, harta dan rezeki pemberian dari Allah. Kita diminta membeli surga Allah dengan harta pemberian Allah. Tetapi kita seringnya merasa, “Itu harta saya!”
sumber : kiblat.net
هَاأَنْتُمْ هَؤُلاَءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوْا فِي سَبِيْلِ
اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ
عَنْ نَفْسِهِ وَاللّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمْ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ
تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُوْنُوْا
أَمْثَالَكُمْ
“Demikianlah kalian, diseru untuk berinfak di jalan Allah. Maka
di antara kalian ada yang bakhil. Barang siapa bakhil, sesungguhnya ia
telah bakhil kepada dirinya sendiri. Allah Maha Kaya dan kalian itu
fakir. Barang siapa berpaling (dari kewajiban infak di jalan Allah),
maka Allah akan mengganti dengan kaum yang lain, kemudian kaum yang
menggantikan itu tidak seperti kalian.” (QS. Muhammad : 38 )Mulainya dari kikir. Kemudian, pasangan kikir itu adalah mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Kemudian maju sedikit, menjadi suka mencaci dan mencela. Maka Allah menyatukan dalam satu surat:
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ (1) اَلَّذِي جَمَعَ
مَالاً وَعَدَّدَهُ (2) يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ (3) كَلَّا
لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ (4) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ (5)
نَارُ اللهِ الْمُوْقَدَةِ (6) اَلَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ
(7) إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ (8) فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ (9)
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Yang
mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Ia mengira bahwa hartanya
itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia
benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa
Huthamah itu? 6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan.
Yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas
mereka., (Sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (Al-Humazah : 1-9).Humazah : mencaci ketika orangnya tidak ada, atau mencaci tidak dengan lisan. Misal dengan poster, karikatur dan sebagainya. Lumazah : mencaci ketika orangnya ada. Mencaci dengan lisan.
Selanjutnya, kikir akan menyebabkan penyakit kronis tingkat lanjutan.
Allah berfirman dalam surat Al-Qalam :
وَلاَ تُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَهِيْنٍ (10) هَمَّازٍ
مَشَّاءٍ بِنَمِيْمٍ (11) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيْمٍ (12)
عُتُلٍّ بَعْدَ ذلِكَ زَنِيْمٍ (13) أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِيْنَ (14)
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi
hina. Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah. Yang
sangat enggan berbuat baik. Yang melampaui batas lagi banyak dosa. Yang
kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya. Karena dia
mempunyai (banyak) harta dan anak.” (Al-Qalam : 10-14)Mari kita cermati proses urutannya. Bermula dari kikir, kemudian suka mengumpulkan dan menghitung-hitung harta. Lalu suka mencaci dan mencela, hingga akhirnya ia suka bersumpah sehingga menjadi hina. Ia suka bersumpah untuk menghindari kewajiban berinfak. Ketika datang seseorang yang ia duga akan meminta infak atau sumbangan fi sabilillah, buru-buru ia mengeluarkan sejuta alasan untuk mengelak. “Sungguh, saya masih punya tanggungan kredit rumah… kredit kendaraan… polis asuransi…” dan sebagainya.
Mengatakan tidak mempunyai uang, tapi di dompetnya bertumpuk kartu kredit. Di depan orang yang hendak menarik infak, ia selalu mengesankan diri sebagai orang yang lemah, banyak utang dan tanggungan… sehingga ia betul-betul seperti orang yang hina. Apa yang membuatnya suka bersumpah yang akhirnya terjerumus kepada kehinaan? Sebabnya satu: kikir!
Tidak hanya berhenti di situ. Ayat selanjutnya menerangkan proses kerusakan pada diri seseorang yang kikir. Yaitu:
- Hammaz : suka mencaci mencela.
- Massyain binamim : ke sana ke mari suka menyebar fitnah.
- Manna’in lil khoiri : mencegah perbuatan baik.
- Mu’tadin atsim : melebihi batas dalam berbuat dosa. Yang paling mengerikan sebenarnya adalah:
- Utullin (kaku dan kasar) ba’da dzalika (setelah itu menjadi) zaniim (jahat).
Mengapa itu semua bisa terjadi? Jawabnya:
اَلشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَخْشَاءِ
“Setan itu menjanjikan kefaqiran kepada kalian, dan menyuruh kalian kepada perbuatan yang keji.”Ketika orang sudah berlaku kikir, setan datang kepadanya berbisik. “Kamu jangan keluarkan uangmu untuk fi sabilillah.. bukannya kemarin sudah dimintai sumbangan yatim piatu, santunan fakir…. Belum lagi besok harus mengeluarkan zakat maal, zakat fitrah…” dan sebagainya. “Kamu nanti bisa fakir.” Tidak hanya berhenti di situ. Setan lalu menyuruhnya berbuat kekejian. “Supaya kami tidak fakir, maka lakukanlah korupsi… kamu kikirlah!” Na’udzu billah min dzalik. Semoga Allah menjaga kita dari sifat kikir.
Menelaah ayat-ayat di atas, sudah seharusnya kita merasa malu. Seolah Allah SWT meletakkan cermin di hadapan kita. Bahwa, demikianlah sifat kebanyakan manusia ketika diperintah untuk menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah. Rata-rata mereka enggan, dan bersikap bakhil. Padahal Allah sudah menegaskan dalam akhir surat Muhammad, “Wallahu ghaniyyun wa antumul fuqara’.”
Kita lahir di dunia tidak bawa apa-apa. Lalu oleh Allah kita diberi hidup dan dikaruniai rezeki, sehingga kita punya mobil, rumah, motor, anak dan istri. Kemudian Allah memberitahu kepada kita bahwa Dia mempunyai surga. Surga milik Allah, harta dan rezeki pemberian dari Allah. Kita diminta membeli surga Allah dengan harta pemberian Allah. Tetapi kita seringnya merasa, “Itu harta saya!”Ada penyakit pada diri kaum Muslimin, yang u tidak hanya menghancurkan dirinya sendiri, tetapi dapat menghancurkan umat Islam secara keseluruhan. Ialah penyakit kikir. Sampai-sampai Allah SWT mengancam, siapa yang menentang dan tidak mau berinfak di jalan-Nya, Ia akan menggantinya dengan kaum lain yang tidak berperilaku seperti itu (kikir). Allah SWT berfirman:
هَاأَنْتُمْ هَؤُلاَءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوْا فِي سَبِيْلِ
اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ
عَنْ نَفْسِهِ وَاللّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمْ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ
تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُوْنُوْا
أَمْثَالَكُمْ
“Demikianlah kalian, diseru untuk berinfak di jalan Allah. Maka
di antara kalian ada yang bakhil. Barang siapa bakhil, sesungguhnya ia
telah bakhil kepada dirinya sendiri. Allah Maha Kaya dan kalian itu
fakir. Barang siapa berpaling (dari kewajiban infak di jalan Allah),
maka Allah akan mengganti dengan kaum yang lain, kemudian kaum yang
menggantikan itu tidak seperti kalian.” (QS. Muhammad : 38 )Mulainya dari kikir. Kemudian, pasangan kikir itu adalah mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Kemudian maju sedikit, menjadi suka mencaci dan mencela. Maka Allah menyatukan dalam satu surat:
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ (1) اَلَّذِي جَمَعَ
مَالاً وَعَدَّدَهُ (2) يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ (3) كَلَّا
لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ (4) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ (5)
نَارُ اللهِ الْمُوْقَدَةِ (6) اَلَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ
(7) إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ (8) فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ (9)
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Yang
mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Ia mengira bahwa hartanya
itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia
benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa
Huthamah itu? 6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan.
Yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas
mereka., (Sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (Al-Humazah : 1-9).Humazah : mencaci ketika orangnya tidak ada, atau mencaci tidak dengan lisan. Misal dengan poster, karikatur dan sebagainya. Lumazah : mencaci ketika orangnya ada. Mencaci dengan lisan.
Selanjutnya, kikir akan menyebabkan penyakit kronis tingkat lanjutan.
Allah berfirman dalam surat Al-Qalam :
وَلاَ تُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَهِيْنٍ (10) هَمَّازٍ
مَشَّاءٍ بِنَمِيْمٍ (11) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيْمٍ (12)
عُتُلٍّ بَعْدَ ذلِكَ زَنِيْمٍ (13) أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِيْنَ (14)
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi
hina. Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah. Yang
sangat enggan berbuat baik. Yang melampaui batas lagi banyak dosa. Yang
kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya. Karena dia
mempunyai (banyak) harta dan anak.” (Al-Qalam : 10-14)Mari kita cermati proses urutannya. Bermula dari kikir, kemudian suka mengumpulkan dan menghitung-hitung harta. Lalu suka mencaci dan mencela, hingga akhirnya ia suka bersumpah sehingga menjadi hina. Ia suka bersumpah untuk menghindari kewajiban berinfak. Ketika datang seseorang yang ia duga akan meminta infak atau sumbangan fi sabilillah, buru-buru ia mengeluarkan sejuta alasan untuk mengelak. “Sungguh, saya masih punya tanggungan kredit rumah… kredit kendaraan… polis asuransi…” dan sebagainya.
Mengatakan tidak mempunyai uang, tapi di dompetnya bertumpuk kartu kredit. Di depan orang yang hendak menarik infak, ia selalu mengesankan diri sebagai orang yang lemah, banyak utang dan tanggungan… sehingga ia betul-betul seperti orang yang hina. Apa yang membuatnya suka bersumpah yang akhirnya terjerumus kepada kehinaan? Sebabnya satu: kikir!
Tidak hanya berhenti di situ. Ayat selanjutnya menerangkan proses kerusakan pada diri seseorang yang kikir. Yaitu:
- Hammaz : suka mencaci mencela.
- Massyain binamim : ke sana ke mari suka menyebar fitnah.
- Manna’in lil khoiri : mencegah perbuatan baik.
- Mu’tadin atsim : melebihi batas dalam berbuat dosa. Yang paling mengerikan sebenarnya adalah:
- Utullin (kaku dan kasar) ba’da dzalika (setelah itu menjadi) zaniim (jahat).
Mengapa itu semua bisa terjadi? Jawabnya:
اَلشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَخْشَاءِ
“Setan itu menjanjikan kefaqiran kepada kalian, dan menyuruh kalian kepada perbuatan yang keji.”Ketika orang sudah berlaku kikir, setan datang kepadanya berbisik. “Kamu jangan keluarkan uangmu untuk fi sabilillah.. bukannya kemarin sudah dimintai sumbangan yatim piatu, santunan fakir…. Belum lagi besok harus mengeluarkan zakat maal, zakat fitrah…” dan sebagainya. “Kamu nanti bisa fakir.” Tidak hanya berhenti di situ. Setan lalu menyuruhnya berbuat kekejian. “Supaya kami tidak fakir, maka lakukanlah korupsi… kamu kikirlah!” Na’udzu billah min dzalik. Semoga Allah menjaga kita dari sifat kikir.
Menelaah ayat-ayat di atas, sudah seharusnya kita merasa malu. Seolah Allah SWT meletakkan cermin di hadapan kita. Bahwa, demikianlah sifat kebanyakan manusia ketika diperintah untuk menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah. Rata-rata mereka enggan, dan bersikap bakhil. Padahal Allah sudah menegaskan dalam akhir surat Muhammad, “Wallahu ghaniyyun wa antumul fuqara’.”
Kita lahir di dunia tidak bawa apa-apa. Lalu oleh Allah kita diberi hidup dan dikaruniai rezeki, sehingga kita punya mobil, rumah, motor, anak dan istri. Kemudian Allah memberitahu kepada kita bahwa Dia mempunyai surga. Surga milik Allah, harta dan rezeki pemberian dari Allah. Kita diminta membeli surga Allah dengan harta pemberian Allah. Tetapi kita seringnya merasa, “Itu harta saya!”
sumber : kiblat.net
Top 5 Popular of The Week
-
Kajian Ustadz Abdullah Manaf Amien : Rendah Diri & Membebek (6)
-
Tersebarnya ajaran Syiah yang telah difatwakan menyimpang oleh Majelis Ulama Indonesia pusat (MUI) tak lepas dari lembaga-lembaga dan ya...
-
Sekitar seribu lebih umat Islam, Ahad pagi (6/12), menghadiri bedah buku panduan Mejelis Ulama Indonesia berjudul “Mengenal dan Mew...
-
Ketua MUI Pusat Prof. Dr. Yunahar Ilyas, menganggap solusi terbaik untuk menanggulangi bahaya syiah adalah dengan cara memberikan pe...
-
Seminar & Bedah buku "zionis & syi'ah bersatu hantam islam" bersama Ust Anung Al-Hamat, Muhammad Pizzaro novelan tau...
-
Seminar & Bedah buku "zionis & syi'ah bersatu hantam islam" bersama Ust Anung Al-Hamat, Muhammad Pizzaro novelan ...
-
Meski Semarang dikenal sebagai poros gerakan Syiah di Jawa Tengah, namun kesadaran masyarakat untuk membentengi akidah umat dari bahaya...
-
Lebih dari 2.300 hadirin ikhwan dan akhwat serta 18 Ormas Islam yang tergabung dalam komunitas Masyarakat Pecinta Sunnah Yogyakarta ...
-
Seminar & Bedah buku "zionis & syi'ah bersatu hantam islam" bersama Ust Anung Al-Hamat, Muhammad Pizzaro novelan t...
Tidak ada komentar: